MAKALAH
ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI AKHLAK MANUSIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Akhlaq/ Tasawuf
Dosen Pengampu :H. Nasuha
Disusun Oleh :
Vina Qurrotul ‘Uyun (1404026009)
Lailin Najihah (1404026010)
Istatik Fina Kamala (1404026037)
FAKULTAS USHULUDDIN
PRODI TAFSIR HADITS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang
diciptakan oleh Allah SWT diantara makhluk-makhluk yang lain, karena diberi
kelebihan berupa nafsu untuk berbuat sesuai dengan keinginan sekaligus juga
dianugerahi akal atau pikiran untuk berfikir atas apa yang ingin diperbuatnya.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Nabi Muham mad adalah
sosok seorang manusia sekaligus pemimpin yang paling sempurna. Beliau adalah
salah seorang Nabi yang mempunyai keistimewaan yang masuk dalam kategori Nabi
ulul azmi, yaitu seorang nabi yang memiliki kepribadian lebih dan juga
kesabaran yang lebih diantara Nabi-nabi yang lainnya.
Salah satu contoh bahwa beliau Nabi unggulan adalah dari
kesabarannya menghadapi para umat-umatnya yang membangkang dan melawan ajakan
beliau dalam memeluk agama Islam. Tetapi karena kesabaran dan akhlakul
karimahnya beliau mampu membawa agama Islam kedalam kejayaan.
Semua itu juga dapat tercermin dalam salah satu misi
kerasulan beliau yaitu untuk menyempurnakan akhlak manusia, sebagaimana yang
telah disebutkan dalam sebuah hadits dan juga termaktub didalam al-qur’an. Kehidupan
muslim yang baik adalah dapat menyempurnakan akhlaknya sesuai dengan apa yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Akhlak yang baik dilandasi oleh
ilmu, amal dan takwa. Ia merupakan kunci bagi seseorang untuk melahirkan
perbuatan dalam kehidupan yang diatur oleh agama. Dengan ketiga pilar tersebut
seseorang dapat berbuat kebajikan, seperti shalat, puasa, berbuat baik sesama
manusia dan kegiatan lain yang berinteraksi dengan manusia.[1]
Akhlak adalah sesuatu
kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi
membawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang
baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).
Namun, pada kenyataannya
dilapangan. Usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan
dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa
akhlak perlu dibina. Dari pembinaan tersebut akan terbentuk pribadi-pribadi
muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasul-Nya hormat kepada ibu
bapak dan sayang kepada sesama mahluk ciptaan Allah.
Dengan demikian
pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha-usaha sungguh-sungguh dalam
rangka membentuk akhlakul karimah, dengan menggunakan sarana pendidikan dan
pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh
dan konsisten.[3]
Oleh karena
itu, ilmu tentang akhlak dan membina manusia untuk menciptakan akhlak yang baik
dalam dirinya sangat diperlukan oleh semua manusia agar hidupnya dalam
masyarakat selalu tenang dan tentram. Oleh sebab itu pemakalah mengangkat tema
yang berkenaan tentang aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian akhlak?
2.
Apa sajakah aspek-aspek yang mempengaruhi
akhlak manusia?
3. Bagaimana
deskripsi aspek-aspek yang
mempengaruhi pembentukan akhlak manusia?
C. TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan dari rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui pengertian akhlak
2. Untuk
mengetahui aspek-aspek yang dapat mempengaruhi akhlak manusia
3. Untuk
mengetahui pendeskripsian aspek-aspek yang dapat mempengaruhi akhlak manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
AKHLAK
Kata akhlak itu
bentuk jamak dari kata “alkhuluku” dan kata ini mengandung segi-segi yang
sesuai dengan kata “al-khalku” yang bermakna kejadian. Kedua kata tersebut
berasal dari kata kerja “khalaka” yang mempunyai arti menjadikan.
Imam ghazali
dalam bukunya “ihya ulumuddin” mengatakan :
اْلخُلْقْ عِبَا رَتٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِى
النَّفْسِ رَا سِخَةً عَنْهَا تَصْدُ رًاِلْا نْفِعَالُ بِسُهُوْ لَةٍ وَ يُسْرٍ مِنْ
غَيْرِ حَا جَةٍ اَلى فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ
Akhlak ialah sifat-sifat yang
tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.[4]
Dr. Ahmad Amin dalam bukunya “Al-akhlak” mengatakan bahwa akhlak ialah ilmu
untuk menetapkan ukuran segala perbuatan manusia, yang baik yang buruk, yaang
benar atau yang salah, yang hak atau yang batil.[5]
Ibnu Athir menjelaskan
bahwa : Hakikat makna khuluq itu, adalah gambaran batin manusia yang tepat
(yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khalqi merupakan gambaran bentuk
luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya).
Ulama-ulama ahli yang lain
memberikan definisi akhlak adalah gambaran jiwa yang tersembunyi yang timbul
pada manusia ketika menjalankan perbuatan-perbuatan yang tidak dibuat-buat atau
dipaksa-paksa.[6]
Dari keterangan tersebut diatas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sumbr dari
segala sumber perbuatan yang sewajarnya, yakni tidak dibuat-buat, dan perbuatan
yang dapat kita lihat sebenarnya merupakan gambaran dari sifat-sifat yang
tertanam dalam jiwa.
B. ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI AKHLAK MANUSIA
Banyak sekali aspek-aspek yang dapat mempengaruhi terbentukan akhlak manusia, antara lain adalah :
1) TINGKAH
LAKU MANUSIA
Tingkah laku manusia adalah sikap seseorang yang
dimanifestasikan dalam perbuatan. Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan
dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam perilaku sehari-hari tetapi adanya
kontradiksi antara sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, meskipun secara
teoristis hal itu terjadi tetapi dipandang dari sudut ajaran agama Islam
termasuk iman yang tipis. Untuk lebih melatih akhlakul karimah dalam kehidupan
sehari-hari, contoh-contoh yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut :
a)
Akhlak yang
berhubungan dengan Allah SWT
b)
Akhlak terhadap
diri sendiri
c)
Akhlak terhadap
keluarga
d)
Akhlak terhadap
masyarakat
e)
Akhlak terhadap
alam dan sekitarnya
Kecenderungan fitrah manusia selalu untuk berbuat
baik (hanif). Seseorang itu dinilai berdosa karena pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukannya terhadap akhlakul karimah, melanggar fitrah manusia, melanggar
aturan agama dan aat istiadat. Secara fitrah manusia, seorang muslim dilahirkan
dalam keadaan suci. Manusia tidak diwarisi dosa dari orang tuanya, karena itu
bertentangan dengan hukum keadilan Tuhan. Sebaliknya Allah membekali manusia
dibumi dengan akal, pikiran, dan iman kepada-Nya. Keimanan itu dalam perjalanan hidup manusia
dapat bertambah atau berkurang disebabkan oleh pengaruh lingkungan hidup yang
dialaminya. [7]
2)
INSTING DAN NALURI
Menurut bahasa insting adalah
kemampuan berbuat pada suatu tujuan yang dibawa sejak lahir, merupakan pemuasan
nafsu, dorongan-dorongan nafsu, dan dorongan psikologis. Insting juga merupakan
kesanggupan melakukan hal yang komplek tanpa dilihat sebelumnya, terarah kepada
suatu tujuan yang berarti bagi subjek tidak disadari langsung secara mekanis.
Menurut james, insting adalah suatu sifat untuk menyampaikan pada tujuan
dan cara berfikir.[8]
Insting merupakan kemampuan yang melekat sejak lahir dan
dibimbing oleh naluriahnya. Insting pada intinya ialah suatu kesanggupan untuk
melakukan perbuatan yang tertuju kepada sesuatu pemuasan dorongan nafsu atau dorongan batin yang telah
dimiliki manusia maupun hewan sejak lahir.
Dalam insting terdapaat tiga unsur kekuatan yang bersifat spikis, yaitu
: mengenal (kognisi), kehendak (konasi), dan perasaan (emosi). Insting juga
terdiridari empat pola khusus, yaitu sebagai berikut :
v Sumber insting, berasal dari kondisi
jasmaniah, untuk melakukan kecenderungan, lama-lama menjadi kebutuhan.
v Tujuan insting ialah menghilangkan
rangsangan jasmaniah, untuk menghilangkan perasaan tidak enak yang timbul
karena adanya tekanan batin yang disebabkan oleh meningkatnya energi pada tubuh .
v Objek insting merupakan segala aktivitas yang mengantar keinginan dn
memilah-milah gar keinginannya dapat terpenuhi.
v Gerak insting tergntung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan.
Insting pada tingkat tertentu
selalu berubah-rubah, boleh jadi ia hidup dan boleh jadi ia mati. Perubahan tersebut
adalah sebagai berikut :
ü Insting hidup, berfungsi melayani individu untuk tetap hidup dan
memperpanjang ras. Bentuk utama insting ini adalah insting makan, minum, dan
seksual.
ü Insting mati disebut juga insting merusak. Fungsi insting ini kurang
jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karena insting ini tidak
begitu dikenal. Suatu deviratif insting-insting mati yang terpenting adalah
dorongan agresif. Sifat agresif adalah pengurusan diri yang diubah dengan objek
substitusi. Insting hidup dan insting mati, keduanya dapat saling bercampuran.[9]
Ada beberapa ciri-ciri gerak
insting yang dapat diamati, adalah sebagai berikut :
Ø Insting lebih majemuk dan reflek.
Ø Insting merupakan kemampuan untuk bergerak kepada suatu tujuan dengan
tidak memerlukan latihan terlebih dahulu.
Ø Insting merupakan pembawa, kemampuan alami yang dibawa sejak lahir.
Ø Insting berjalan secara mekanis, tanpa menggunakan kesadaran dan
pertimbangan.
Ø Insting dapat dilatih dan dirubah, disesuiakan dengan keadan-keadaan
baru.
Ø Insting berakar pada dorongan nafsu dan dorongan lain untuk mendapatkan
kepuasaaan.
Ø Insting pada hewan sejak lahir tetap tidak berubah, gerak insting pada
manusia berubah-ubah.
Dalam ilmu akhlak insting berarti
akal pikiran. Akal dapat memperkuat kidah, namun harus ditopengi ilmu, amal,
dan takwa pada Allah. Allah memuliakan akal dengan dijadikannya sebagai sarana
tanggung jawab. Diantara mereka ada yang menerimanya dengan cara melalui
hafalan dan dipercayai sebagai adat kebiasaan (kepercayaan tradisional).
Kepercayaan ini tidak luput dari timbulnya kebimbangan dan keraguan. Ada yang
memperoleh dengan jalan memperhatikan dan berfikir sehingga kepercayaan semakin
mendalam dan keyakinan semakin kuat.[10]
Akal adalah jalinan pikir dan
rasa yang menjadikan manusia berlaku, berbuat, membentuk masyarakat dan
membeina kebudayaan. Sedangkan naluri adalah asas tingkah laku perpuatan
manusia. Manusia dilahirkan dengan membawa naluri yang berbentuk proses
pewarisan urutan nenek moyang. Naluri dapat diartikan sebagai kemampuan tak sadar yang dapat
melahirkan perbuatan mencapai tujuan dan tanpa dipengaruhi oleh latihan
berbuat. Contohnya : tindakan makan adalah naluri lapar.
Ahmad Amin menganggap naluri manusia sangat penting untuk :
·
Menjaga diri pribadi semenjak lahirnya, manusia
berusaha untuk mempertahankan hidup berkembang dan melanjutkan hidup.
·
Menjaga jenis kelamin dalam hubungan cinta antara
laki-laki dan perempuan, kasih sayang antara orang tua dan anak.
·
Takut berakar dalam diri manusia mengikutinya mulai
masa kanak-kanak sampai dewasa dan masuk kubur.
Naluri itu berakar pada hati sanubari manusia pada asas pokok, yaitu :
§ Nalusi asas keselamatan
§ Naluri asas kesenangan
Perbedaan yang nyata antara naluri manusia dan naluri hewan dan tumbuhan
:
Naluri manusia dapat dididik naluri hewan dan tumbuhan tidak berubah
dari waktu ke waktu. Sedangkan menurut teori evolusi, naluri hewan dan tumbuhan
dapat timbul maju dan mundur sebagai jawaban terhadap lingkungannya. Naluri
manusia merupakan sifat pertama yang membentuk akhlak.
3) POLA DASAR BAWAAN
Manusia memiliki sifat ingin tahu, karena dia datang kedunia ini dengan
serba tidak tahu (La ta’lamuna syaian). Apabila seorang mengetahui suatu
hal dan ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahui, bila diajarkan padanya
maka ia merasa sangat senang hatinya. Tingkat kesengan itu dibagi menjadi dua,
yaitu :
a) Faiddzat, yaitu kepuasan
b) Sa’adah, yaitu kebahgiaan
Bertambah banyak yang diketahui bertambah naiklah tingkat kepuasan dan
bertambah pula rasa kebahagiaan.
4) NAFSU
a.
Pengertian nafsu
Nafsu berasal dari Bahasa Arab, yaitu nafsun yang artinya ni’at. Nafsu ialah keinginan hati yang kuat. Nafsu
merupakan kumpulan dari kekuatan amanah dan sahwat yang ada pada diri manusia.
Menurut Agus Sudjanto, nafsu adalah hasrat yang besar dan kuat, ia dapat
memengaruhi seluruh fungsi jiwa.[11] Nafsu
selalu mendorong kepada hal negatif yang perlu diperbaiki dan dibina. Cara membina
nafsu ini ialah dengan tazkiyat an-nafsi, maksudnya pembersihan jiwa dan juga
meliputi pembinaan dan pengembangan jiwa. Nafsu dapat menyingkirkan semua pertimbangan akal, mempengaruhi
peringatan hati nurani dan menyingkirkan hasrat baik lainnya. Contohnya : nafsu
bermain judi.
Di kalangan ahli tasawuf
berpendapat bahwa nafsu ialah semua sifat tercela yang ada pada manusia dan
mesti dikendalikan. Nabi bersabda : “Musuh yang paling berat disisimu ialah
nafsumu dan berada diantara kedua punggungmu.”
Menurut ilmu akhlak, nafsu
terbagi menjadi dua macam, yaitu :
v Nafsu individual (perseorangan), misalnya nafsu makan, minum dan
lain-lain.
v Nafsu sosial (kemasyarakatan), misalnya meniru, nafsu berkumpul dengan
orang lain, mengeluarkan aspirasi, bermsyarakat dan lain-lain.
b.
Hubungan nafsu dengan
akhlak
Perasaan yang hebat dapat
menimbulkan gerak nafsu dan sebaliknya nafsu dapat menimbulkan akhlak baik dan
akhlak buruk yang hebat, adakalanya kemampuan berpikir dikesampingkan.
c.
Pembagian nafsu
Nafsu merupakan salah satu
potensi yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia hingga ia dapat hidup,
bersemangat, dan lebih kreatif. Nafsu sangat penting bagi kehidupan manusia.
Nafsu-nafsu yang ada pada manusia
ada tiga, yaitu :
Ø Nafsu amarah, yaitu nafsu yang melahirkan bermacam-macam keinginan untuk
dapat dipenuhi. Nafsu ini belum memperoleh pendidikan dan bimbingan sehingga
belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Ø Nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang menyebabkan manusia terlanjur untuk
melakukan kesalahan dan menyesli perbuatan yang telah dilakukannya itu. Namun
sayangnya, setelah itu ia perbuat lagi.
Ø Nafsu muthmainnah, yaitu nafsu yang telah mendapatkan tuntutan,
bimbingan, pemeliharaan yang baik dan pendidikan. Nafsu ini dapat mendatangkan
ketengan batin, melhirkan sikap dan akhlak yang baik, membentengi diri dari
perbuatan keji dan mungkar, bahkan mengahalau aneka ragam kejahatan dan
kejelekan, selalu mendorong untuk melakukan kebikan dan menjauhi maksiat.
5)
ADAT DAN KEBIASAAN
Adat menurut bahasa ialah aturan yang lazim diikuti sejak dahulu.[12]
Menurut Nasraen, adat ialah suatu pandangan hidup yang mempunyai
ketentuan-ketentuan yang objektif, kokoh dan benar serta mengandung nilai
mendidik yang besar terhadap seseorang dalam masyarakat.[13]
Kebiasaan terjdi sejak lahir.
Lingkungan yang baik mendukung kebiasaan yang baik pula. Lingkungan dapat
mengubah kepribadian seseorang, dan lingkungan yang tidak baik dapat menolak
adanya disiplin dan pendidikan. Kebiasaan buruk mendorong kepada hal-hal yang
lebih rendah, yaitu kembali kepada adat kebiasaan primitif. Kebiasaan itu bisa
timbul karena ada dalam diri pribadi seseorang itu dibawa sejak lahir.
Kebiasaan ialah perbuatan yang
berjalan dengan lancar seolah-olah berjalan dengan sendirinya. Perbuatan
kebiasaan pada mulanya dipengaruhi oleh kerja pikiran, didahului oleh
pertimbangan akal dan perencanaan yang matang, dan lancarnya perbuatan itu
dikarenakan sering diulang-ulang.
Menurut Soerjono Soekanto,
kebiasaan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Contoh,
kebiasaan memberi hormat kepada orang lain yang lebih tua. Menghormati orang
yang lebih tua ini merupakan suatu kebiasaan.
Ada beberapa cara untuk mengetahui kebiasaan baik dan buruk ada
beberapa gejala yang dapat diketahui, diantaranya :
ü
Metode mengatasi kebiasaan. Para filsuf didunia
timur mejelaskan kebiasaan ialah kesinambungan dari suatu pikiran atau tindakan
untuk waktu yang lama, menyebabkan lekukan alur atau kanal yang berbentuk pada
otak tindakannya menjadi tanpa sadar dan otomatis kemampuannya selalu timbul
untuk mengulangi tindakan yang telah menjadi kebiasaan.
ü
Kekuatan kebiasaan, ialah yang menjadikan
orang-orang tua menolak pendapat-pendapat batu dan penemuan-penemuan baru.
ü
Mengubah kebiasaan dapat dilakukan dengan
unsur-unsur agama.
Untuk mengubah kebiasaan dapt dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
v Berni’at
sungguh-sungguh tiada diiringi dengan keragu-raguan.
v Jaganlah
menginzinkan bagi diri sendiri melakukan kebiasaan buruk.
v Carilah waktu
yang baik untuk mentahfidzkn ni’at dan ikutilah segala gerak jiwa yang menolong
tahfidz tersebut.
v Jagalah pada
diri kekuatan penolak dan pemelihara agar selalu hidup dalam jiwa dengan
mendermakan perbuatan yang kecil-kecil setiap hari untuk mengekang hawa nafsu
yang tidak baik.[14]
Adat merupakan hukum-hukum yang diterapkan untuk mengatur
hubungan perorangan, hubungan masyarakat dan untuk mewujudkan kemaslahatan
dunia. Hukum-hukum ini dapat dipahami maknanya, selalu diperhatikan
uruf-uruf dan kemaslahatan, dapat
berubah menurut perubahan masa, tempat, dan situasi. Oleh karena itu, hukum
yang mengenal adat, kebanyakan hukumnya bersifat keseluruhan, berupa
kaidah-kaidah yang umum dan disertai illat-illatnya.
Nilai-nilai adat berfungsi sebagai pedoman hidup manusia
dalam masyarakat, tetapi sebagai konsep suatu nilai adat itu bersifat sangat
umum dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, biasanya sulit diterangkan
secara rasional dan nyata. Namun, justru karena sifatnya yang umum, luas dan
tidak konkret, maka nilai-nilai adat dalam suatu kebudayaan berada dalam
emosional dialam jiwa para individu yang menjadi warga dari kebudayaan yang bersangkutan.
6) LINGKUNGAN
Lingkungan
adalah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang dapat berwujud
benda-benda, seperti air, udara, bumi, lamgit dan matahari. Berbentuk selain
benda seperti insan, pribadi, kelompok, institusi, system, undang-undang dan
adat kebiasaan. Lingkungan ada dua jenis, yaitu :
a)
Lingkungan
alam. Alam adalah seluruh ciptaan Tuhan baik dilangit dan dibumi selain Allah.
b)
Lingkungan
pergaulan. Lingkungan ini mengandung susunan pergaulan yang meliputi manusia,
seperti dirumah, disekolah, di tempat kerja dan lain-lain.
Lingkungan pergaulan terbagi menjadi tujuh
kelompok :
1.
Lingkungan
dalam rumah tangga. Akhlak orang tua dirumah dapat memengaruhi tingkah laku
anggota keluarganya dan anak-anaknya.
2.
Lingkungan
sekolah. Sekolah dapat membentuk pribadi siswa-siswanya.
3.
Lingkugan
pekerjaan. Suasana kerja di kantor, bengkel, dilapangan dan lain-lain.
4.
Lingkungan
organisasi. Orang yang menjadi anggota salah satu organisasi akan memperoleh
aspirasi yang digariskan oleh organisasinya.
5.
Lingkungan
jama’ah. Yaitu suatu sekumpulan semacam organisasi tetapi tidak tertuis.
Seperti jama’ah masjid, tabligh, jama’ah wirid pengajian.
6.
Lingkungan
ekonomi atau perdagangan. Semua manusia membutuhkan ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya.
7.
Lingkungan
pergaulan bebas atau umum. Pergaulan bebas dapat menghalalkan segala cara untuk
mewujudkan impiannya.
Lingkungan yang
dapat memberi pengaruh terhadap anak didik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu :
v Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.
v Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama.
v Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup
dalam lingkungan agama.
7)
KEHENDAK
DAN TAKDIR
a)
Kehendak
Kehendak
menurut Bahasa ialah
kemampuan, keinginan, dan harapan yang keras. Kehendak, yaitu fungsi jiwa untuk
dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam hati, bertautan
dengan pikiran dan perasaan. Melakukan suatu perbuatan yang diingini maupun
yang dihindari itu dinamakan kehendak. Kehendak ialah suatu kekuatan yang
mendorong melakukan perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
·
Tujuan positif, yaitu yang mendekati atau
mencapai sesuatu yang dikehendaki.
·
Tujuan negatif, yaitu tujuan yang menjauhi
atau menghindari sesuatu yang tidak diinginkan setiap perbuatan kehendak
bersifat teologi atau finalistis, artinya kehendak yang mengarah kesuatu tujuan
tidak baik atau kejahatan. Sehingga setiap perbuatan kehendak jiwa benar-benar
aktif untuk mencapai suatu tujuan.
Kekuatan kehendak adalah rahasia kemenangan dalam hidup
dan tanda bukti bagi orang-orang yang besar. Kehendak yang sakit dapat diobati
dengan beberapa macam obat :
1. Bila kehendak
itu lemah dapat diperkuat dengan latihan.
2. Kehendak
dihidupkan dengan agama, dengan menjalankan syari’at sehingga dapat terbimbing
kepada yang baik.
3. Memperkenalkan
jiwa pada jalan yang baik dan menghindari jalan yang buruk menurut ajaran
agama.
Tiada seorangpun yang mampu memiliki hak untuk memilih
yang sesuai dengan kehendak-Nya. Allah berfirman :
وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ
وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَآدَّ لِفَضْلِهِ يُصَيبُ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ
عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم
Artinya : “ Jika Allah
menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu,
maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Yunus 107)
Dari ayat ini Allah berkehendak mengatur dalam lingkungan
kerajaan-Nya, menurut kehendak-Nya sendiri, mengikuti dasar kebijaksaan dan
rahmat-Nya. Inilah adalah hak mutlaq yang tidak dapat diganggu gugat. Apabila
seseorang itu ditimpa bencana, pasti tidak ada yang dapat menyelamatkannya
selain Allah. Tetapi sebaliknya apabila Allah menghendaki seseorang itu
memperoleh kebaikan, juga tidak seorangpun yang dapat menghalang-halangi-Nya.
Kehendak bukanlah suatu kekuatan, tetapi merupakan tempat
penerapan seluruh kekuatan, karena itu kehendak bukan merupakan suatu kekuatan
manusia, tetapi kekuatan Ilahi dalam diri manusia.
b) Takdir
Takdir yaitu ketetapan Tuhan, apa yang sudah ditetapkan
Tuhan sebelumnya atau nasib manusia. Secara bahasa takdir adalah ketntuan jiwa,
yaitu suatu peraturan tertentu yang telah dibuat Allah SWT. Baik aspek
struktural maupun aspek fungsionalnya untuk segala yang ada dalam alam semesta yang
maujud ini.
Garis takdir itu ghaib bagi manusia, tak seorangpun yang
mengetahui takdir yang telah ditentukan Tuhan bagi dirinya, tidak ada yang tahu
apa yang akan terjadi atas dirinya besok. Tetapi sekalipun takdir itu telah
ditetapkan, namun Tuhan memberi kuasa juga kepada manusia untuk berusaha dan
berikhtiar dalam lingkungan takdir. Ada enam tingkatan Tuhan menciptakan kadar
dan takdir-Nya, keenam tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Qadar yang diciptakan Allah pada Azal. Sebelum
terjadi segala sesuatu.
2.
Pentakdiran sebelum terjadinya langit adan
bumi, sedangkan ‘arsy sudah diciptakan.
3.
Pentakdiran yang dilakukan Tuhan tentang
celaka dan bahagia yang ditentukan Tuhan sebelum manusia dijadikan.
4.
Qadar yang ditentukan Tuhan terhadap manusia
tentang amal, kecelakaan dan kebahagian ketika dirahim ibu.
5.
Pentakdiran
yang dilakukan Tuhan disetiap malam qadr, pentakdiran ini, dinamakan
pentakdiran Hauly (takdir tahunan).
6.
Takdir yang ditentukan Tuhan untuk setiap hari
atau takdir yaumy.
Keenam takdir ini sudah diatur oleh Allah sedemikian elok
dan adil, sehingga manusia dan seluruh makhluk tinggal menjalaninya sesuai
dengan sunnah yang berlaku disemesta ini.[15]
Takdir diartikan ketentuan yang tidak dapat diganggu
gugat.
Aliran-aliran dalam ilmu teologi berpendapat tentang
takdir secara beragam, yaitu sebagai berikut :
Ø Aliran
natipisme. Aliran ini mengatakan, ”bahwa segala sesuatu khususnya manusia telah
ditakdirkan Tuhan sejak lahir.”
Ø Aliran
empirisme. Aliran ini kebalikan dari aliran natipisme. Pakarnya ialah John
Locke yang mengatakan, “takdir itu bisa diubah oleh manusia itu sendiri.”
Ø
Aliran konvergensi. Aliran ini merupakan
aliran yang netral, mengatakan, “manusia itu dalam kehendak sudah terikat sejak
lahir, akan tetapi bisa dirubah oleh manusia itu sendiri” seyogianya takdir itu
datang dari lahir tetapi ada kaitannya dengan usaha manusia itu sendiri.
Dengan adanya tiga teori ini, manusia tidak bebas dalam
berkehendak karena terikat dengan bawaan sejak lahir, akan tetapi kehendak yang
belum tercapai, dapat diraih dengan usaha sendiri. Dari sini alangkah salahnya
orang berpandangan hanya memandang satu segi saja dari takdir Allah, padahal
Allah berfirman dalam al-Qur’an :
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ
يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى
يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءاً فَلاَ
مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ
Artinya : “Bagi manusia
ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah . Sesungguhnya Allah tidak
merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-Ra’d : 11)
Dalam alqur’an berkali-kali disebutkan masalah takdir itu
seperti :
a. Segala sesuatu
itu terlaksana dengan takdir Allah.
b. Segala sesuatu
dalam perbendaharaan takdir Allah.
c.
Segala sesuatu diciptakan dengan kekuatan
takdir Allah.
Adapun hikmah keimanan kepada takdir, supaya kekuatan dan
kecakapan manusia itu dapat mencapai kepada pengertian untuk menyadari adanya
peraturan dan ketentuan-ketentuan Tuhan, kemudian dilaksanakan untuk membina
dan membangun akhlak baik dengan bersendikan ajaran-Nya, juga untuk
mengeluarkan harta benda yang terdapat dalam perbendaharaan bumi agar dapat
diambil kemanfaatannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keimanan itu dalam hidup manusia dapat bertambah atau
berkurang disebabkan oleh pengaruh yang datang dari dalam dan dari luar
dirinya, yaitu berupa pengaruh lingkungan hidup yang dialaminya. Disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya, tingkah laku manusia, insting dan naluri,
pola dasar bawaan, nafsu, adat dan kebiasaan, lingkungan takdir dan kehendak
dan sebagainya.
B. SARAN DAN
KRITIK
Saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan oleh
penulis dalam memperbaiki makalah ini, karena penulis tahu bahwa dalam
penulisan makalah ini banyak sekali terdapat kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Wallahu ‘alam bissawab.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif
Al-qur’an. Jakarta : Amzah.
Zahrudin. 2004. Pengantar
Studi Akhlak.
Jakarta : PT. Radja
Grafindo Persada.
Amin Ahmad. 1952. Etika
Ilmu Akhlak. Jakarta:
Bulan Bintang.
Al-ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulumiddin III. Al-sya’ab. Cairo.
Amin, Ahmad. 1957. Al-akhlak Terjemahan Y bahtiaar Affandy. Jakarta
: Jembatan.
Rifa’i Mohd, Drs Jamhari. 1969. Pelajaran Agama Islam SLA. Jakarta
CV Indrajaya.
Drajat, Djakiah. 2002. Dasar-dasar Agama
Islam. Jakarta : Universitas terbuka.
Suryabrata,Sumadi. 1995. Psikilogi Kepribadian. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Syekh Hasan Al-Banna . 1983. Aqidah Islam. Bandung : Al-Ma’arif.
Sudjanto, Agus. 1995. Psikologi
Umum. Jakarta : Bumi Aksara.
Ali, Muhammad. 1997. Kamus Lengkap Indonesia Modern. Jakarta :
Pustaka Amani.
Said, Muh. 1980. Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta : Pradya
Paramita.
Ali,Yunasril. 1991. Pelita Hidup Memuji
Ridha Ilahi. Jakarta : Klam Mulia.
[1] Yatimin Abdullah. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-qur’an. Jakarta :
Sinar Grafika Offset. Hal 75.
[4] Imam Abu Hamid Al-ghazali. Ihya Ulumiddin
III. Al-sya’ab. Cairo. Hal 56.
[5] Dr Ahmad Amin . al-akhlak, terjemahan Y
bahtiaar Affandy, penb jembatan. Jakarta. 1957. Hal 1.
[6] Dra Mohd Rifa’i , Drs Jamhari , pelajaran
agama Islam SLA, CV Indrajaya, jakarta 1969, hal 59.
[7] Djakiah Drajat. Dasar-dasar agama Islam.
Jakarta :universitas terbuka, 2002. Hal 273.
[8]
Ahmad Amin. 1996. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta : Bulan Bintang. Hal 13.
[9] Sumadi Suryabrata. 1995. Psikilogi
Kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hal 129-133.
[10] Syekh Hasan Al-Banna . 1983. Aqidah Islam.
Bandung : Al-Ma’arif. Hal 9.
[11]
Agus Sudjanto. 1995. Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara. Hal 44.
[12] Muhammad Ali. 1997. Kamus Lengkap
Indonesia Modern. Jakarta : Pustaka Amani. Hal 2.
[13] Muh Said. 1980. Etika Masyarakat
Indonesia. Jakarta : Pradya Paramita. Hal 100.
[14] Ahmadi Amin. 1998. Etika Ilmu
Akhlak. Jakarta : Bulan Bintang. Hal 24-28
[15] Yunasril Ali. 1991. Pelita Hidup
Memuji Ridha Ilahi. Jakrta : Klam Mulia. Hal 118-122.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar