Kamis, 21 Mei 2015

XENOPHANES

XENOPHANES
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Filsafat Umum
Dosen Pengampu  : Dr. H. M. Darori Amin, M.A



Disusun Oleh :
Lailin Najihah                      (1404026010)


FAKULTAS USHULUDDIN
PRODI TAFSIR HADITS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2015


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Yunani adalah pencetus pertama kali teori dan konsep ilmu filsafat, baik tentang keberadaan Tuhan, jagat raya, maupun manusia sendiri. Secara global ajaran dan metode yang mereka gunakan adalah bentuk keinginan untuk memahami materi dengan dasar pikiran dan ide. Sebab, kalau menelaah sejarah perkembangannya dari masa Yunani (baik kuno maupun klasik) timbulnya filsafat itu karena ketidakpuasan menerima doktrinisasi mitos dan pemujaan kepada Dewa, sehingga mereka benar-benar ingin mengadakan pencarian Tuhan sebenarnya.[1]
Namun, karena logika dan imajinasi seseorang itu tidak mungkin untuk mencapai kebenaran secara utuh tanpa dibarengi dengan wahyu, sangat wajar apabila pemikiran para filusuf itu tidak akan pernah menemukan ujung dan rumusan suatu masalah, sehingga tidak mustahil apabila di antara para filusufi itu ada yang terlalu bebas mengklaim ada dan tidaknya pencipta alam semesta ini.
Xenophanes misalnya, filusuf yang masuk dalam kategori abad permulaan dari perkembangan filsafat Yunani ini agaknya lebih cenderung memaknai dan memahami Tuhan dengan yang ada dalam logikanya, sehingga dia tidak menerima dogma sifat Tuhan dengan apa yang telah diyakini pendahulunya semisal Thales yang lebih mengagungkan Tuhan dengan menyebut-Nya sebagai pencipta kebijaksanaan dan kearifan. Oleh karena itu, melalui makalah ini pemakalah akan mencoba membahas seputar Xenophanes dan pemikirannya.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana riwayat hidup Xenophanes?
2.      Bagaimana pemikiran Xenophanes?


C.     TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui riwayat hidup Xenophanes
2.      Untuk mengetahui pemikiran Xenophanes






  



BAB II
PEMBAHASAN
A.    RIWAYAT HIDUP XENOPHANES


Masa hidup Xenophanes disebut orang dari tahun 570-480 SM. Ia lahir di Xolophon, Asia Kecil dan termasuk warga Ephesus kelas bangsawan dan bertempat tinggal di Lonia. Ia adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam Mazhab Elea. Menurut tradisi filsafat Yunani, ia adalah pendiri Mazhab Elea dan guru dari Parmenides. Selain sebagai filsuf, ia terkenal sebagai seorang penyair. Pemikiran-pemikiran filsafatnya disampaikan melalui puisi-puisi.
Xenophanes lebih tepat dikatakan sebagai penyair dari pada ahli pikir (filosof), bahkan Bertents meragukan kedudukan Xenophanes sebagai filsuf karena ia lebih menonjol sebagai penyair.[2] Hanya karena ia mempunyai daya nalar yang kritis dan mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada saat itu. Namanya menjadi terkenal karena untuk pertama kali melontarkan anggapan bahwa adanya konflik antara pemikiran filsafat (rasio) dengan pemikiran mitos. Pendapatnya yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia membantah adanya antropomorfisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan digambarkan sebagai (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu mempunyai kecendrungan berpikir maka Tuhan pun seperti manusia yang bersuara, berpakaian, dan lain-lainnya.
Dikatakan di dalam salah satu fragmen puisinya sendiri bahwa ia meninggalkan kota asalnya pada usia 25 tahun. Ia meninggalkan kota tersebut setelah Kolophon direbut bangsa Persia pada tahun 545 SM. Kemudian dikatakannya pula bahwa ketika ia menulis puisi tersebut, ia telah berusia 67 tahun. Dengan demikian ia lahir sekitar tahun 570 SM. Diketahui Xenophanes berusia 100 tahun. Karena itu tahun kematiannya diperkirakan sekitar tahun 480 SM. Setelah meninggalkan kota kolophon, ia melakukan perjalanan ke banyak tempat. Ada beberapa sumber kuno menyebutkan ia pernah menetap di kota Messina dan Katania dipulau Sisilia. Selain itu, ia juga pernah singgah diMalta, Pharos dan Syrakusa. Akhirnya ia tiba di Elea, italia selatan, dan menetap disana. Diketahui bahwa Xenophanes mengarang suatu syair ketika kota Elea didirikan pada tahun 540 SM.
 Xenophanes termasuk agamawan yang saleh dan taat beragama. Pandangannya mengenai Tuhan tentu tidak banyak, tapi hanya satu. Menurutnya, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berasal dari Tuhan yang Maha Esa yang memelihara alam semesta. Dalam khazanah pemikiran filsafat ia kurang banyak meninggalkan buah karya dalam bentuk tulisan maupun buku. Sebab, ia lebih banyak menyampaikan pemikiran – pemikirannya melalui lisan. Maka dari itu banyak yang menyayangkan pemikirannya tidak bisa di lacak. Meskipun dia tidak meninggalkan banyak karya tetapi pengaruh dan konstribusi filsuf ini tidak bisa di pandang sebelah mata. Sebab, patuh dan pengaruh pemikirannya saat itu mampu menyita perhatian murid–muridnya.
Jadi, dalam penyebutan sejarah perkembangan filusuf Yunani kuno, Xenophanes tidak termasuk filusuf yang memberikan doktrin filsafat baru, tapi dia hanya menjelaskan dan mempertajam pemikiran tentang filsafat pendahulunya. Dia lebih senang mengungkapkan misteri mistik (yang sudah menjadi mitos) dan dongeng-dongeng yang menggejala di abad Yunani kuno ini.
Pada dasarnya, timbulnya pemikiran Xenophanes adalah karena ketidak setujuan batinnya terhadap konsep dan ajaran orang-orang Yunani kala itu untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu. Mite-mite tentang pelangi atau bianglala adalah tempat para bidadari turun dari surga, mite ini disanggah oleh Xenophanes bahwa pelangi adalah awan belaka dan tidak ada hubungannya dengan bidadari surga.

B. PEMIKIRAN XENOPHANES
a.     Tentang Pengetahuan
Xenophanes menyatakan bahwa manusia tidak dapat mendapatkan pengetahuan yang mutlak. Akan tetapi, di saat yang sama, manusia harus mencari pengetahuan tersebut walaupun hanya berupa suatu kemungkinan.[3] Hal itu ditunjukkannya melalui dua fragmen berikut:
1.  Dewa-dewi tidak menyatakan segala sesuatu kepada manusia sejak awalnya, tetapi setelah waktu berlalu, manusia menemukan banyak hal dengan cara mencarinya sendiri.
2. Tidak ada manusia yang pernah melihat ataupun mengetahui kebenaran tentang dewa-dewi serta semua hal yang kukatakan. Karena jika ada orang yang berkata mengetahui semuanya, maka sebenarnya ia tidaklah tahu, melainkan hanya mempercayai tentang segala sesuatu.

b.    Tentang "Satu yang Meliputi Semua"
Xenophanes menentang cara pandang orang Yunani pada waktu itu terhadap dewa-dewi. Ia memberikan kritik terutama kepada Herodotos dan Hesiodos yang memberikan pengaruh besar terhadap masyarakat Yunani. Menurut kedua penyair itu, dewa-dewi melakukan berbagai perbuatan yang memalukan, seperti pencurian, zinah, dan penipuan satu sama lain. Di sini, Xenophanes membantah antropomorfisme dewa-dewi, maksudnya penggambaran dewa-dewi dalam rupa manusia. Menurut Xenophanes, manusia selalu menaruh sifat-sifat manusia kepada dewa-dewi sesuai kehendak mereka. Misalnya saja, dewa-dewi dilahirkan sebab manusia juga dilahirkan, dan bahwa dewa-dewi memakai pakaian, suara, dan rupa seperti manusia.
Menurut Xenophanes, "yang Satu meliputi Semua" ini tidak dilahirkan dan tidak memiliki akhir, artinya bersifat kekal. Hal ini berbeda dengan konsep dewa-dewi yang dilahirkan dan dapat mati. Ia tidak menyerupai makhluk duniawi mana pun, baik manusia ataupun binatang. Ia juga tidak memiliki organ seperti manusia, namun mampu melihat, berpikir, dan mendengar. Ia juga senantiasa menetap di tempat yang sama namun menguasai segala sesuatu dengan pikirannya saja.
Xenophanes berpendapat bahwa matahari berjalan terus dengan gerak lurus, dan setiap pagi terbitlah matahari baru. Gerhana disebabkan matahari jatuh ke dalam lubang. Segala sesuatu dipandang berasal dari bumi, dan bumi pula yang menjadi tujuan akhir segala sesuatu. Manusia berasal dari bumi dan air. Sedangkan laut adalah sumber dari segala air dan juga angin. Samudra yang luas menghasilkan awan-awan, angin, dan juga sungai-sungai. Pelangi dipandang sebagai awan yang berwarna-warni.






BAB III
A.    KESIMPULAN
Masa hidup Xenophanes disebut orang dari tahun 570-480 SM. Ia lahir di Xolophon, Asia Kecil dan termasuk warga Ephesus kelas bangsawan dan bertempat tinggal di Lonia. Ia adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam Mazhab Elea. Menurut tradisi filsafat Yunani, ia adalah pendiri Mazhab Elea dan guru dari Parmenides. Xenophanes lebih tepat dikatakan sebagai penyair dari pada ahli pikir (filosof), bahkan Bertents meragukan kedudukan Xenophanes sebagai filsuf karena ia lebih menonjol sebagai penyair. Waktu ia berumur 25 tahun, ia meninggalkannya kota tempat tumpah darahnya, yang telah dirampas oleh Persia. Ia pergi mengembara ke mana-mana dan akhirnya sampai ke Elea.
Dalam pemikirannya Ia menyatakan bahwa manusia tidak dapat mendapatkan pengetahuan yang mutlak. Akan tetapi, di saat yang sama, manusia harus mencari pengetahuan tersebut walaupun hanya berupa suatu kemungkinan. Ia juga menbantah adanya antropomorfisme maksudnya manusia selalu menaruh sifat-sifat manusia kepada dewa-dewi sesuai kehendak mereka.
B.     SARAN DAN KRITIK
Saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan oleh penulis dalam memperbaiki makalah ini, karena penulis tahu bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Wallahu ‘alam bissawab.









DAFTAR PUSTAKA
Bertens, Kees. 1975. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta : Kanisius.
Hatta, Mohammad. 1996. Alam Pikiran Yunani. Jakarta : Tintamas.
http://fuqohak.blogspot.com/2010/01/mengungkap-fenomena-film-2012-dalam.html. M. A. Zuhurul Fuqohak. Filsafat Xenophanes, Pemikiran Xenophanes dan Analisis Filsafatnya. 25-03-2015. 08:30.
http://sttg.unimus.web.id/_b.php?_b=info&id=52418. Xenophanes. 10-04-2015. 08:35.
Kusumohamidjojo, Budiono. 2013. Filsafat Yunani Klasik Relevansi untuk Abad XXI. Yogyakarta : Jalasutra.








[2] Kees bertents, sejarah filsafat yunani, op.cit. hal 39.
[3] http://wikipedia.org/wiki/xenophanes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar