Kamis, 23 April 2015

ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI AKHLAK

MAKALAH
ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI AKHLAK MANUSIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Akhlaq/ Tasawuf
Dosen Pengampu  :H. Nasuha


Disusun Oleh :
Vina Qurrotul ‘Uyun           (1404026009)
Lailin Najihah                      (1404026010)
Istatik Fina Kamala              (1404026037)

FAKULTAS USHULUDDIN
PRODI TAFSIR HADITS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT diantara makhluk-makhluk yang lain, karena diberi kelebihan berupa nafsu untuk berbuat sesuai dengan keinginan sekaligus juga dianugerahi akal atau pikiran untuk berfikir atas apa yang ingin diperbuatnya.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Nabi Muham mad adalah sosok seorang manusia sekaligus pemimpin yang paling sempurna. Beliau adalah salah seorang Nabi yang mempunyai keistimewaan yang masuk dalam kategori Nabi ulul azmi, yaitu seorang nabi yang memiliki kepribadian lebih dan juga kesabaran yang lebih diantara Nabi-nabi yang lainnya.
Salah satu contoh bahwa beliau Nabi unggulan adalah dari kesabarannya menghadapi para umat-umatnya yang membangkang dan melawan ajakan beliau dalam memeluk agama Islam. Tetapi karena kesabaran dan akhlakul karimahnya beliau mampu membawa agama Islam kedalam kejayaan.
Semua itu juga dapat tercermin dalam salah satu misi kerasulan beliau yaitu untuk menyempurnakan akhlak manusia, sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebuah hadits dan juga termaktub didalam al-qur’an. Kehidupan muslim yang baik adalah dapat menyempurnakan akhlaknya sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Akhlak yang baik dilandasi oleh ilmu, amal dan takwa. Ia merupakan kunci bagi seseorang untuk melahirkan perbuatan dalam kehidupan yang diatur oleh agama. Dengan ketiga pilar tersebut seseorang dapat berbuat kebajikan, seperti shalat, puasa, berbuat baik sesama manusia dan kegiatan lain yang berinteraksi dengan manusia.[1] 
Dr. M. Abdulah Dirroz[2], mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak adalah sesuatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).
Namun, pada kenyataannya dilapangan. Usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak perlu dibina. Dari pembinaan tersebut akan terbentuk pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasul-Nya hormat kepada ibu bapak dan sayang kepada sesama mahluk ciptaan Allah.
Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha-usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk akhlakul karimah, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.[3]
Oleh karena itu, ilmu tentang akhlak dan membina manusia untuk menciptakan akhlak yang baik dalam dirinya sangat diperlukan oleh semua manusia agar hidupnya dalam masyarakat selalu tenang dan tentram. Oleh sebab itu pemakalah mengangkat tema yang berkenaan tentang aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak manusia.
B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian akhlak?
2.      Apa sajakah aspek-aspek yang mempengaruhi akhlak manusia?
3.      Bagaimana deskripsi aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak manusia?

C.     TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan dari rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian akhlak
2.      Untuk mengetahui aspek-aspek yang dapat mempengaruhi akhlak manusia
3.      Untuk mengetahui pendeskripsian aspek-aspek yang dapat mempengaruhi akhlak manusia

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN AKHLAK
Kata akhlak itu bentuk jamak dari kata “alkhuluku” dan kata ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata “al-khalku” yang bermakna kejadian. Kedua kata tersebut berasal dari kata kerja “khalaka” yang mempunyai arti menjadikan.
Imam ghazali dalam bukunya “ihya ulumuddin” mengatakan :
اْلخُلْقْ عِبَا رَتٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَا سِخَةً عَنْهَا تَصْدُ رًاِلْا نْفِعَالُ بِسُهُوْ لَةٍ وَ يُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَا جَةٍ اَلى فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ
Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.[4] Dr. Ahmad Amin dalam bukunya “Al-akhlak” mengatakan bahwa akhlak ialah ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan manusia, yang baik yang buruk, yaang benar atau yang salah, yang hak atau yang batil.[5]
Ibnu Athir menjelaskan bahwa : Hakikat makna khuluq itu, adalah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khalqi merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya).
Ulama-ulama ahli yang lain memberikan definisi akhlak adalah gambaran jiwa yang tersembunyi yang timbul pada manusia ketika menjalankan perbuatan-perbuatan yang tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksa.[6] Dari keterangan tersebut diatas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sumbr dari segala sumber perbuatan yang sewajarnya, yakni tidak dibuat-buat, dan perbuatan yang dapat kita lihat sebenarnya merupakan gambaran dari sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa.


B.     ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI AKHLAK MANUSIA
Banyak sekali aspek-aspek yang dapat mempengaruhi terbentukan akhlak manusia, antara lain adalah :
1)      TINGKAH LAKU MANUSIA
Tingkah laku manusia adalah sikap seseorang yang dimanifestasikan dalam perbuatan. Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam perilaku sehari-hari tetapi adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, meskipun secara teoristis hal itu terjadi tetapi dipandang dari sudut ajaran agama Islam termasuk iman yang tipis. Untuk lebih melatih akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari, contoh-contoh yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut :
a)      Akhlak yang berhubungan dengan Allah SWT
b)      Akhlak terhadap diri sendiri
c)      Akhlak terhadap keluarga
d)     Akhlak terhadap masyarakat
e)      Akhlak terhadap alam dan sekitarnya
Kecenderungan fitrah manusia selalu untuk berbuat baik (hanif). Seseorang itu dinilai berdosa karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya terhadap akhlakul karimah, melanggar fitrah manusia, melanggar aturan agama dan aat istiadat. Secara fitrah manusia, seorang muslim dilahirkan dalam keadaan suci. Manusia tidak diwarisi dosa dari orang tuanya, karena itu bertentangan dengan hukum keadilan Tuhan. Sebaliknya Allah membekali manusia dibumi dengan akal, pikiran, dan iman kepada-Nya.  Keimanan itu dalam perjalanan hidup manusia dapat bertambah atau berkurang disebabkan oleh pengaruh lingkungan hidup yang dialaminya. [7]

2)      INSTING DAN NALURI
Menurut bahasa insting adalah kemampuan berbuat pada suatu tujuan yang dibawa sejak lahir, merupakan pemuasan nafsu, dorongan-dorongan nafsu, dan dorongan psikologis. Insting juga merupakan kesanggupan melakukan hal yang komplek tanpa dilihat sebelumnya, terarah kepada suatu tujuan yang berarti bagi subjek tidak disadari langsung secara mekanis.
Menurut james, insting adalah suatu sifat untuk menyampaikan pada tujuan dan cara berfikir.[8] Insting merupakan kemampuan yang melekat sejak lahir dan dibimbing oleh naluriahnya. Insting pada intinya ialah suatu kesanggupan untuk melakukan perbuatan yang tertuju kepada sesuatu pemuasan dorongan nafsu atau dorongan batin yang telah dimiliki manusia maupun hewan sejak lahir.
Dalam insting terdapaat tiga unsur kekuatan yang bersifat spikis, yaitu : mengenal (kognisi), kehendak (konasi), dan perasaan (emosi). Insting juga terdiridari empat pola khusus, yaitu sebagai berikut :
v  Sumber insting, berasal dari kondisi jasmaniah, untuk melakukan kecenderungan, lama-lama menjadi kebutuhan.
v  Tujuan insting ialah menghilangkan rangsangan jasmaniah, untuk menghilangkan perasaan tidak enak yang timbul karena adanya tekanan batin yang disebabkan oleh meningkatnya energi pada tubuh .
v  Objek insting merupakan segala aktivitas yang mengantar keinginan dn memilah-milah gar keinginannya dapat terpenuhi.
v  Gerak insting tergntung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan.

Insting pada tingkat tertentu selalu berubah-rubah, boleh jadi ia hidup dan boleh jadi ia mati. Perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
ü  Insting hidup, berfungsi melayani individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuk utama insting ini adalah insting makan, minum, dan seksual.
ü  Insting mati disebut juga insting merusak. Fungsi insting ini kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karena insting ini tidak begitu dikenal. Suatu deviratif insting-insting mati yang terpenting adalah dorongan agresif. Sifat agresif adalah pengurusan diri yang diubah dengan objek substitusi. Insting hidup dan insting mati, keduanya dapat saling bercampuran.[9]
Ada beberapa ciri-ciri gerak insting yang dapat diamati, adalah sebagai berikut :
Ø  Insting lebih majemuk dan reflek.
Ø  Insting merupakan kemampuan untuk bergerak kepada suatu tujuan dengan tidak memerlukan latihan terlebih dahulu.
Ø  Insting merupakan pembawa, kemampuan alami yang dibawa sejak lahir.
Ø  Insting berjalan secara mekanis, tanpa menggunakan kesadaran dan pertimbangan.
Ø  Insting dapat dilatih dan dirubah, disesuiakan dengan keadan-keadaan baru.
Ø  Insting berakar pada dorongan nafsu dan dorongan lain untuk mendapatkan kepuasaaan.
Ø  Insting pada hewan sejak lahir tetap tidak berubah, gerak insting pada manusia berubah-ubah.
Dalam ilmu akhlak insting berarti akal pikiran. Akal dapat memperkuat kidah, namun harus ditopengi ilmu, amal, dan takwa pada Allah. Allah memuliakan akal dengan dijadikannya sebagai sarana tanggung jawab. Diantara mereka ada yang menerimanya dengan cara melalui hafalan dan dipercayai sebagai adat kebiasaan (kepercayaan tradisional). Kepercayaan ini tidak luput dari timbulnya kebimbangan dan keraguan. Ada yang memperoleh dengan jalan memperhatikan dan berfikir sehingga kepercayaan semakin mendalam dan keyakinan semakin kuat.[10]
Akal adalah jalinan pikir dan rasa yang menjadikan manusia berlaku, berbuat, membentuk masyarakat dan membeina kebudayaan. Sedangkan naluri adalah asas tingkah laku perpuatan manusia. Manusia dilahirkan dengan membawa naluri yang berbentuk proses pewarisan urutan nenek moyang. Naluri dapat diartikan sebagai kemampuan tak sadar yang dapat melahirkan perbuatan mencapai tujuan dan tanpa dipengaruhi oleh latihan berbuat. Contohnya : tindakan makan adalah naluri lapar.
Ahmad Amin menganggap naluri manusia sangat penting untuk :
·   Menjaga diri pribadi semenjak lahirnya, manusia berusaha untuk mempertahankan hidup berkembang dan melanjutkan hidup.
·   Menjaga jenis kelamin dalam hubungan cinta antara laki-laki dan perempuan, kasih sayang antara orang tua dan anak.
·   Takut berakar dalam diri manusia mengikutinya mulai masa kanak-kanak sampai dewasa dan masuk kubur.
Naluri itu berakar pada hati sanubari manusia pada asas pokok, yaitu :
§  Nalusi asas keselamatan
§  Naluri asas kesenangan
Perbedaan yang nyata antara naluri manusia dan naluri hewan dan tumbuhan :
Naluri manusia dapat dididik naluri hewan dan tumbuhan tidak berubah dari waktu ke waktu. Sedangkan menurut teori evolusi, naluri hewan dan tumbuhan dapat timbul maju dan mundur sebagai jawaban terhadap lingkungannya. Naluri manusia merupakan sifat pertama yang membentuk akhlak.

3)      POLA DASAR BAWAAN
Manusia memiliki sifat ingin tahu, karena dia datang kedunia ini dengan serba tidak tahu (La ta’lamuna syaian). Apabila seorang mengetahui suatu hal dan ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahui, bila diajarkan padanya maka ia merasa sangat senang hatinya. Tingkat kesengan itu dibagi menjadi dua, yaitu :
a)      Faiddzat, yaitu kepuasan
b)      Sa’adah, yaitu kebahgiaan
Bertambah banyak yang diketahui bertambah naiklah tingkat kepuasan dan bertambah pula rasa kebahagiaan.

4)      NAFSU
a.       Pengertian nafsu
Nafsu berasal dari Bahasa Arab, yaitu nafsun yang artinya ni’at. Nafsu ialah keinginan hati yang kuat. Nafsu merupakan kumpulan dari kekuatan amanah dan sahwat yang ada pada diri manusia. Menurut Agus Sudjanto, nafsu adalah hasrat yang besar dan kuat, ia dapat memengaruhi seluruh fungsi jiwa.[11] Nafsu selalu mendorong kepada hal negatif yang perlu diperbaiki dan dibina. Cara membina nafsu ini ialah dengan tazkiyat an-nafsi, maksudnya pembersihan jiwa dan juga meliputi pembinaan dan pengembangan jiwa. Nafsu dapat menyingkirkan semua pertimbangan akal, mempengaruhi peringatan hati nurani dan menyingkirkan hasrat baik lainnya. Contohnya : nafsu bermain judi.
Di kalangan ahli tasawuf berpendapat bahwa nafsu ialah semua sifat tercela yang ada pada manusia dan mesti dikendalikan. Nabi bersabda : “Musuh yang paling berat disisimu ialah nafsumu dan berada diantara kedua punggungmu.”
Menurut ilmu akhlak, nafsu terbagi menjadi dua macam, yaitu :
v  Nafsu individual (perseorangan), misalnya nafsu makan, minum dan lain-lain.
v  Nafsu sosial (kemasyarakatan), misalnya meniru, nafsu berkumpul dengan orang lain, mengeluarkan aspirasi, bermsyarakat dan lain-lain.

b.      Hubungan nafsu dengan akhlak
Perasaan yang hebat dapat menimbulkan gerak nafsu dan sebaliknya nafsu dapat menimbulkan akhlak baik dan akhlak buruk yang hebat, adakalanya kemampuan berpikir dikesampingkan.

c.       Pembagian nafsu
Nafsu merupakan salah satu potensi yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia hingga ia dapat hidup, bersemangat, dan lebih kreatif. Nafsu sangat penting bagi kehidupan manusia.
Nafsu-nafsu yang ada pada manusia ada tiga, yaitu :
Ø  Nafsu amarah, yaitu nafsu yang melahirkan bermacam-macam keinginan untuk dapat dipenuhi. Nafsu ini belum memperoleh pendidikan dan bimbingan sehingga belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Ø  Nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang menyebabkan manusia terlanjur untuk melakukan kesalahan dan menyesli perbuatan yang telah dilakukannya itu. Namun sayangnya, setelah itu ia perbuat lagi.
Ø  Nafsu muthmainnah, yaitu nafsu yang telah mendapatkan tuntutan, bimbingan, pemeliharaan yang baik dan pendidikan. Nafsu ini dapat mendatangkan ketengan batin, melhirkan sikap dan akhlak yang baik, membentengi diri dari perbuatan keji dan mungkar, bahkan mengahalau aneka ragam kejahatan dan kejelekan, selalu mendorong untuk melakukan kebikan dan menjauhi maksiat.




5)      ADAT DAN KEBIASAAN
Adat menurut bahasa  ialah aturan yang lazim diikuti sejak dahulu.[12] Menurut Nasraen, adat ialah suatu pandangan hidup yang mempunyai ketentuan-ketentuan yang objektif, kokoh dan benar serta mengandung nilai mendidik yang besar terhadap seseorang dalam masyarakat.[13]
Kebiasaan terjdi sejak lahir. Lingkungan yang baik mendukung kebiasaan yang baik pula. Lingkungan dapat mengubah kepribadian seseorang, dan lingkungan yang tidak baik dapat menolak adanya disiplin dan pendidikan. Kebiasaan buruk mendorong kepada hal-hal yang lebih rendah, yaitu kembali kepada adat kebiasaan primitif. Kebiasaan itu bisa timbul karena ada dalam diri pribadi seseorang itu dibawa sejak lahir.
Kebiasaan ialah perbuatan yang berjalan dengan lancar seolah-olah berjalan dengan sendirinya. Perbuatan kebiasaan pada mulanya dipengaruhi oleh kerja pikiran, didahului oleh pertimbangan akal dan perencanaan yang matang, dan lancarnya perbuatan itu dikarenakan sering diulang-ulang.
Menurut Soerjono Soekanto, kebiasaan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Contoh, kebiasaan memberi hormat kepada orang lain yang lebih tua. Menghormati orang yang lebih tua ini merupakan suatu kebiasaan.
Ada beberapa cara untuk mengetahui kebiasaan baik dan buruk ada beberapa gejala yang dapat diketahui, diantaranya :
ü   Metode mengatasi kebiasaan. Para filsuf didunia timur mejelaskan kebiasaan ialah kesinambungan dari suatu pikiran atau tindakan untuk waktu yang lama, menyebabkan lekukan alur atau kanal yang berbentuk pada otak tindakannya menjadi tanpa sadar dan otomatis kemampuannya selalu timbul untuk mengulangi tindakan yang telah menjadi kebiasaan.
ü   Kekuatan kebiasaan, ialah yang menjadikan orang-orang tua menolak pendapat-pendapat batu dan penemuan-penemuan baru.
ü   Mengubah kebiasaan dapat dilakukan dengan unsur-unsur agama.
Untuk mengubah kebiasaan dapt dilakukan dengan cara sebagai berikut :
v  Berni’at sungguh-sungguh tiada diiringi dengan keragu-raguan.
v  Jaganlah menginzinkan bagi diri sendiri melakukan kebiasaan buruk.
v  Carilah waktu yang baik untuk mentahfidzkn ni’at dan ikutilah segala gerak jiwa yang menolong tahfidz tersebut.
v  Jagalah pada diri kekuatan penolak dan pemelihara agar selalu hidup dalam jiwa dengan mendermakan perbuatan yang kecil-kecil setiap hari untuk mengekang hawa nafsu yang tidak baik.[14]
Adat merupakan hukum-hukum yang diterapkan untuk mengatur hubungan perorangan, hubungan masyarakat dan untuk mewujudkan kemaslahatan dunia. Hukum-hukum ini dapat dipahami maknanya, selalu diperhatikan uruf-uruf  dan kemaslahatan, dapat berubah menurut perubahan masa, tempat, dan situasi. Oleh karena itu, hukum yang mengenal adat, kebanyakan hukumnya bersifat keseluruhan, berupa kaidah-kaidah yang umum dan disertai illat-illatnya.
Nilai-nilai adat berfungsi sebagai pedoman hidup manusia dalam masyarakat, tetapi sebagai konsep suatu nilai adat itu bersifat sangat umum dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nyata. Namun, justru karena sifatnya yang umum, luas dan tidak konkret, maka nilai-nilai adat dalam suatu kebudayaan berada dalam emosional dialam jiwa para individu yang menjadi warga dari  kebudayaan yang bersangkutan.

6)      LINGKUNGAN
Lingkungan adalah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang dapat berwujud benda-benda, seperti air, udara, bumi, lamgit dan matahari. Berbentuk selain benda seperti insan, pribadi, kelompok, institusi, system, undang-undang dan adat kebiasaan. Lingkungan ada dua jenis, yaitu :
a)      Lingkungan alam. Alam adalah seluruh ciptaan Tuhan baik dilangit dan dibumi selain Allah.
b)      Lingkungan pergaulan. Lingkungan ini mengandung susunan pergaulan yang meliputi manusia, seperti dirumah, disekolah, di tempat kerja dan lain-lain.
 Lingkungan pergaulan terbagi menjadi tujuh kelompok :
1.      Lingkungan dalam rumah tangga. Akhlak orang tua dirumah dapat memengaruhi tingkah laku anggota keluarganya dan anak-anaknya.
2.      Lingkungan sekolah. Sekolah dapat membentuk pribadi siswa-siswanya.
3.      Lingkugan pekerjaan. Suasana kerja di kantor, bengkel, dilapangan dan lain-lain.
4.      Lingkungan organisasi. Orang yang menjadi anggota salah satu organisasi akan memperoleh aspirasi yang digariskan oleh organisasinya.
5.      Lingkungan jama’ah. Yaitu suatu sekumpulan semacam organisasi tetapi tidak tertuis. Seperti jama’ah masjid, tabligh, jama’ah wirid pengajian.
6.      Lingkungan ekonomi atau perdagangan. Semua manusia membutuhkan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
7.      Lingkungan pergaulan bebas atau umum. Pergaulan bebas dapat menghalalkan segala cara untuk mewujudkan impiannya.

Lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap anak didik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
v  Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.
v  Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama.
v  Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama.

7)      KEHENDAK DAN TAKDIR
a)      Kehendak
Kehendak menurut Bahasa ialah kemampuan, keinginan, dan harapan yang keras. Kehendak, yaitu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam hati, bertautan dengan pikiran dan perasaan. Melakukan suatu perbuatan yang diingini maupun yang dihindari itu dinamakan kehendak. Kehendak ialah suatu kekuatan yang mendorong melakukan perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
·         Tujuan positif, yaitu yang mendekati atau mencapai sesuatu yang dikehendaki.
·         Tujuan negatif, yaitu tujuan yang menjauhi atau menghindari sesuatu yang tidak diinginkan setiap perbuatan kehendak bersifat teologi atau finalistis, artinya kehendak yang mengarah kesuatu tujuan tidak baik atau kejahatan. Sehingga setiap perbuatan kehendak jiwa benar-benar aktif untuk mencapai suatu tujuan.
Kekuatan kehendak adalah rahasia kemenangan dalam hidup dan tanda bukti bagi orang-orang yang besar. Kehendak yang sakit dapat diobati dengan beberapa macam obat :
1.   Bila kehendak itu lemah dapat diperkuat dengan latihan.
2.   Kehendak dihidupkan dengan agama, dengan menjalankan syari’at sehingga dapat terbimbing kepada yang baik.
3.   Memperkenalkan jiwa pada jalan yang baik dan menghindari jalan yang buruk menurut ajaran agama.
Tiada seorangpun yang mampu memiliki hak untuk memilih yang sesuai dengan kehendak-Nya. Allah berfirman :
وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَآدَّ لِفَضْلِهِ يُصَيبُ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم
Artinya : “ Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Yunus 107)
Dari ayat ini Allah berkehendak mengatur dalam lingkungan kerajaan-Nya, menurut kehendak-Nya sendiri, mengikuti dasar kebijaksaan dan rahmat-Nya. Inilah adalah hak mutlaq yang tidak dapat diganggu gugat. Apabila seseorang itu ditimpa bencana, pasti tidak ada yang dapat menyelamatkannya selain Allah. Tetapi sebaliknya apabila Allah menghendaki seseorang itu memperoleh kebaikan, juga tidak seorangpun yang dapat menghalang-halangi-Nya.
Kehendak bukanlah suatu kekuatan, tetapi merupakan tempat penerapan seluruh kekuatan, karena itu kehendak bukan merupakan suatu kekuatan manusia, tetapi kekuatan Ilahi dalam diri manusia.
b)      Takdir
Takdir yaitu ketetapan Tuhan, apa yang sudah ditetapkan Tuhan sebelumnya atau nasib manusia. Secara bahasa takdir adalah ketntuan jiwa, yaitu suatu peraturan tertentu yang telah dibuat Allah SWT. Baik aspek struktural maupun aspek fungsionalnya untuk segala yang ada dalam alam semesta yang maujud ini.
Garis takdir itu ghaib bagi manusia, tak seorangpun yang mengetahui takdir yang telah ditentukan Tuhan bagi dirinya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi atas dirinya besok. Tetapi sekalipun takdir itu telah ditetapkan, namun Tuhan memberi kuasa juga kepada manusia untuk berusaha dan berikhtiar dalam lingkungan takdir. Ada enam tingkatan Tuhan menciptakan kadar dan takdir-Nya, keenam tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Qadar yang diciptakan Allah pada Azal. Sebelum terjadi segala sesuatu.
2.      Pentakdiran sebelum terjadinya langit adan bumi, sedangkan ‘arsy sudah diciptakan.
3.      Pentakdiran yang dilakukan Tuhan tentang celaka dan bahagia yang ditentukan Tuhan sebelum manusia dijadikan.
4.      Qadar yang ditentukan Tuhan terhadap manusia tentang amal, kecelakaan dan kebahagian ketika dirahim ibu.
5.      Pentakdiran  yang dilakukan Tuhan disetiap malam qadr, pentakdiran ini, dinamakan pentakdiran Hauly (takdir tahunan).
6.      Takdir yang ditentukan Tuhan untuk setiap hari atau takdir yaumy.
Keenam takdir ini sudah diatur oleh Allah sedemikian elok dan adil, sehingga manusia dan seluruh makhluk tinggal menjalaninya sesuai dengan sunnah yang berlaku disemesta ini.[15]
Takdir diartikan ketentuan yang tidak dapat diganggu gugat.
Aliran-aliran dalam ilmu teologi berpendapat tentang takdir secara beragam, yaitu sebagai berikut :
Ø  Aliran natipisme. Aliran ini mengatakan, ”bahwa segala sesuatu khususnya manusia telah ditakdirkan Tuhan sejak lahir.”
Ø  Aliran empirisme. Aliran ini kebalikan dari aliran natipisme. Pakarnya ialah John Locke yang mengatakan, “takdir itu bisa diubah oleh manusia itu sendiri.”
Ø  Aliran konvergensi. Aliran ini merupakan aliran yang netral, mengatakan, “manusia itu dalam kehendak sudah terikat sejak lahir, akan tetapi bisa dirubah oleh manusia itu sendiri” seyogianya takdir itu datang dari lahir tetapi ada kaitannya dengan usaha manusia itu sendiri.
Dengan adanya tiga teori ini, manusia tidak bebas dalam berkehendak karena terikat dengan bawaan sejak lahir, akan tetapi kehendak yang belum tercapai, dapat diraih dengan usaha sendiri. Dari sini alangkah salahnya orang berpandangan hanya memandang satu segi saja dari takdir Allah, padahal Allah berfirman dalam al-Qur’an :
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءاً فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah . Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-Ra’d : 11)
Dalam alqur’an berkali-kali disebutkan masalah takdir itu seperti :
a.       Segala sesuatu itu terlaksana dengan takdir Allah.
b.      Segala sesuatu dalam perbendaharaan takdir Allah.
c.       Segala sesuatu diciptakan dengan kekuatan takdir Allah.
Adapun hikmah keimanan kepada takdir, supaya kekuatan dan kecakapan manusia itu dapat mencapai kepada pengertian untuk menyadari adanya peraturan dan ketentuan-ketentuan Tuhan, kemudian dilaksanakan untuk membina dan membangun akhlak baik dengan bersendikan ajaran-Nya, juga untuk mengeluarkan harta benda yang terdapat dalam perbendaharaan bumi agar dapat diambil kemanfaatannya.






BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Keimanan itu dalam hidup manusia dapat bertambah atau berkurang disebabkan oleh pengaruh yang datang dari dalam dan dari luar dirinya, yaitu berupa pengaruh lingkungan hidup yang dialaminya. Disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, tingkah laku manusia, insting dan naluri, pola dasar bawaan, nafsu, adat dan kebiasaan, lingkungan takdir dan kehendak dan sebagainya.
B.     SARAN DAN KRITIK
Saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan oleh penulis dalam memperbaiki makalah ini, karena penulis tahu bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Wallahu ‘alam bissawab.












DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-qur’an. Jakarta : Amzah.
Zahrudin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : PT. Radja Grafindo Persada.
Amin Ahmad. 1952.  Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.
Al-ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulumiddin III. Al-sya’ab. Cairo.
Amin, Ahmad. 1957. Al-akhlak Terjemahan Y bahtiaar Affandy. Jakarta : Jembatan.
Rifa’i Mohd, Drs Jamhari. 1969. Pelajaran Agama Islam SLA. Jakarta CV Indrajaya.
Drajat, Djakiah. 2002. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta : Universitas terbuka.
Suryabrata,Sumadi. 1995. Psikilogi Kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Syekh Hasan Al-Banna . 1983. Aqidah Islam. Bandung : Al-Ma’arif.
Sudjanto, Agus. 1995. Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara.
Ali, Muhammad. 1997. Kamus Lengkap Indonesia Modern. Jakarta : Pustaka Amani.
Said, Muh. 1980. Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta : Pradya Paramita.
Ali,Yunasril. 1991. Pelita Hidup Memuji Ridha Ilahi. Jakarta : Klam Mulia.



[1] Yatimin Abdullah. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-qur’an. Jakarta : Sinar Grafika Offset. Hal 75.
[2] Zahrudin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : PT. Radja Grafindo Persada. Hal 93.
[3] Ahmad Amin. 1952.  Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang. Hal 21.
[4] Imam Abu Hamid Al-ghazali. Ihya Ulumiddin III. Al-sya’ab. Cairo. Hal 56.
[5] Dr Ahmad Amin . al-akhlak, terjemahan Y bahtiaar Affandy, penb jembatan. Jakarta. 1957. Hal 1.
[6] Dra Mohd Rifa’i , Drs Jamhari , pelajaran agama Islam SLA, CV Indrajaya, jakarta 1969, hal 59.
[7] Djakiah Drajat. Dasar-dasar agama Islam. Jakarta :universitas terbuka, 2002. Hal 273.
[8] Ahmad Amin. 1996. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta : Bulan Bintang. Hal 13.
[9] Sumadi Suryabrata. 1995. Psikilogi Kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hal 129-133.
[10] Syekh Hasan Al-Banna . 1983. Aqidah Islam. Bandung : Al-Ma’arif. Hal 9.
[11] Agus Sudjanto. 1995. Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara. Hal 44.
[12] Muhammad Ali. 1997. Kamus Lengkap Indonesia Modern. Jakarta : Pustaka Amani. Hal 2.
[13] Muh Said. 1980. Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta : Pradya Paramita. Hal 100.
[14] Ahmadi Amin. 1998. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta : Bulan Bintang. Hal 24-28
[15] Yunasril Ali. 1991. Pelita Hidup Memuji Ridha Ilahi. Jakrta : Klam Mulia. Hal 118-122. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar